Tuesday, February 26, 2008

Academy Award 2008

Academy Awards, USA: 2008

Best Motion Picture of the Year Winner: No Country for Old Men (2007) -
Ethan Coen, Joel Coen, Scott Rudin

Best Achievement in Directing Winner: Ethan Coen, Joel Coen for No Country for Old Men (2007)

Best Performance by an Actor in a Leading Role Winner: Daniel Day-Lewis for There Will Be Blood (2007)

Best Writing, Screenplay Written Directly for the Screen Winner: Juno (2007) - Diablo Cody

Best Documentary, Features Winner: Taxi to the Dark Side (2007) - Alex Gibney, Eva Orner

Best Documentary, Short Subjects Winner: Freeheld (2007) - Cynthia Wade, Vanessa Roth

Best Achievement in Music Written for Motion Pictures, Original Score Winner: Atonement (2007) - Dario Marianelli

Best Achievement in Cinematography Winner: There Will Be Blood (2007) - Robert Elswit

Best Achievement in Music Written for Motion Pictures, Original Song Winner: Once (2006) - Glen Hansard, Markéta Irglová(“Falling Slowly” )

Best Foreign Language Film of the Year Winner: Fälscher, Die (2007)(Austria)

Best Achievement in Editing Winner: The Bourne Ultimatum (2007) - Christopher Rouse

Best Performance by an Actress in a Leading Role Winner: Marion Cotillard for Môme, La (2007)

Best Achievement in Sound Winner: The Bourne Ultimatum (2007) - Scott Millan, David Parker, Kirk Francis

Best Achievement in Sound Editing Winner: The Bourne Ultimatum (2007) - Karen M. Baker, Per Hallberg

Best Writing, Screenplay Based on Material Previously Produced or Published Winner: No Country for Old Men (2007) - Joel Coen, Ethan Coen

Best Performance by an Actress in a Supporting Role Winner: Tilda Swinton for Michael Clayton (2007)

Best Short Film, Animated Winner: Peter & the Wolf (2006) - Suzie Templeton, Hugh Welchman

Best Short Film, Live Action Winner: Mozart des pickpockets, Le (2006) - Philippe Pollet-Villard

Best Performance by an Actor in a Supporting Role Winner: Javier Bardem for No Country for Old Men (2007)

Best Achievement in Art Direction Winner: Sweeney Todd: The Demon Barber of Fleet Street (2007) - Dante Ferretti, Francesca Lo Schiavo

Best Achievement in Visual Effects Winner: The Golden Compass (2007) - Michael L. Fink, Bill Westenhofer, Ben Morris, Trevor Wood

Best Achievement in Makeup Winner: Môme, La (2007) - Didier Lavergne, Jan Archibald

Best Animated Feature Film of the Year Winner: Ratatouille (2007) - Brad Bird

Best Achievement in Costume Design Winner: Elizabeth: The Golden Age (2007) - Alexandra Byrne

Saturday, February 16, 2008

The Hunting Party

Directed by : Richard Sephard
Starring by :
Richard Gere
Terrence Howard
Jesse Eisenberg

Rating : 5 (skala 1-5)

Film sindiran yang sangat menarik. Mungkin sealiran dengan film Michael Moore, tetapi lebih halus walau pada ujungnya tetap menyindir pihak-pihak tertentu.

Bercerita tentang sepasang jurnalis khusus area konfilk dengan setting pada era konflik Serbia Bosnia. Sang reporter bernama Simon Hunt (Richard Gere) dengan cameraman Duck (Terrence Howard) menjelajah ke berbagai area konflik sampai pada satu area aman milik PBB dimana terjadi pembantaian warga Bosnia oleh tentara Serbia. Kejadian tersebut membuat Hunt begitu membenci sang komandan pembunuh sampai ia memutuskan untuk keluar dari jaringan tv-nya dan menjadi jurnalis bebas. Persahabatan Hunt dan Duck akhirnya terputus sampai satu saat ketika Duck ditugaskan kembali ke Bosnia dengan ditemani jurnalis junior bernama Benjamin (Jessie Eisenberg). Hunt diam-diam kembali menemui Duck. Ia meminta Duck mau menjadi cameramannya kembali untuk meliput “The Fox”. The Fox sendiri adalah seorang penjahat perang yang dicari oleh Amerika dan PBB; dan juga ternyata adalah sang komandan pembunuh yang dibenci oleh Hunt.
Lewat berbagai cara, akhirnya mereka mendapatkan petunjuk penting tentang persembunyian Fox. Tetapi usaha mereka tidak mendapat dukungan PBB dan Amerika. Bahkan tampak kedua institusi tersebut tidak mau Hunt, Duck, dan Benjamin mencapai lokasi persembunyian Fox. Dan ketika mereka akhirnya bertemu (dalam artian ditawan) Fox, CIA lalu membebaskan mereka dan juga tidak menangkap Fox dan kawanannya.
Sebenarnya film ini bisa berhenti di sini. Tetapi sang sutradara tidak membiarkan ending yang menggantung. Yang jahat harus jelas nasibnya (jadi ingat film Pearl Harbour dimana film ditutup dengan adegan “pembalasan dendam” Amerika ke Jepang). Fox akhirnya berhasil mereka bekuk dan dilepaskan di kota tempat ia membunuh etnis Bosnia. Dan film ditutup dengan wajah Fox yang dikejar-kejar oleh warga.

Di akhir film, ada narasi-narasi menarik. Salah satunya adalah sindiran kepada Amerika dan PBB yang tidak dapat menangkap sang penjahat perang sementara, tanpa senjata, 3 orang jurnalis dapat menangkapnya.

Saturday, February 9, 2008

Assembly

Directed by : Xiaogang Feng
Starring by :
Chao Deng
Heng Fu
Jun Hu
Phil Jones

Rating : 5 (skala 1-5)

Sebuah film perang Asia yang layak dikoleksi. Walau terasa ada rasa Holywood pada cara pengambilan gambar dan nuansa yang disajikan, tetapi film yang diangkat dari cerita nyata ini tetap tidak kehilangan gaya bercerita ala Asia yang kadangkala sangat detail dan tidak meninggalkan ending yang menggantung.

Inti film ini adalah mengenai seorang komandan di pasukan People Liberation Army. Saat terjadi perang saudara antara golongan Komunis dengan Nasionalis, Kapten Gu Zidi memimpin sebuah kompi pasukan. Penugasan demi penugasan ia lalui sampai akhirnya ia dan sisa pasukannya diperintahkan untuk menahan laju pasukan Nasionalis di sebuah daerah. Mereka tidak diizinkan pergi dari tempat bertahan tersebut sampai ada bunyi trompet yang memanggil mereka untuk mundur dan berkumpul dengan pasukan induk.
Karena kekurangan personel dan persenjataan, pasukan penahan ini akhirnya tersapu bersih oleh kaum Nasionalis dan sang kapten adalah satu-satunya yang selamat.
Film lalu dipotong dengan narasi bagaimana sang kapten justru menjadi tawanan perang dari tentara komunis karena pada saat ia ditemukan, ia memakai seragam musuh. Walau sudah mencoba untuk menjelaskan kepada banyak orang, tidak ada yang mempercayai ceritanya; apalagi ternyata saat itu banyak batalion yang telah berganti nama atau digabung dengan batalion lain. Ditambah dengan tidak adanya saksi mata yang dapat menguatkan ceritanya, akhirnya sang kapten hanya dapat berkata-kata tanpa bukti.
Untung ia bertemu dengan seorang komandan dari divisi artileri. Singkat kata, komandan inilah yang akhirnya membantu sang kapten untuk menemukan mantan anggota satuannya. Lewat berbagai peristiwa akhirnya secara resmi pemerintah Cina mengakui jasa-jasa para anggota pasukan tersebut dan menganugerahi mereka semua gelar pahlawan serta bintang tanda jasa.

Film ini sangat menarik karena mengangkat cerita yang jarang diungkapkan di film Cina yaitu perang saudara antara kaum Nasionalis dan Komunis. Kalau mau membandingkan, mungkin film yang sedikit mirip adalah Taegukgi yang mengangkat cerita perang saudara di Korea. Hanya Assembly lebih panjang dalam bercerita sehingga keseluruhan cerita sang Kapten dapat kita ketahui. Permainan akting para aktor sangat menawan. Kostum juga sangat detail dan tampak perbedaan antara tentara komunis yang "sederhana" dengan nasionalis yang "lebih bagus". Jadi, jangan lewatkan film yang satu ini.

Thursday, February 7, 2008

Golden Globe 2007

Babel Film Terbaik
Rabu, 17 Januari 2007 | 15:38 WIB

TEMPO Interaktif, Los Angeles:Film Babel dinyatakan sebagai film drama terbaik dalam ajang Golden Globe 2007 yang digelar kemarin. Sedangkan Forest Whitaker dan Helen Mirren dinyatakan sebagai aktor dan aktris terbaik untuk kategori drama. Mereka bermain sempurna untuk film The Last King of Scotland dan The Queen.

Untuk kategori musikal atau komedi, film Dreamgirls meraih posisi terhormat sebagai film terbaik. Sedangkan Sacha Baron Cohen dan Meryl Streep dinyatakan sebagai aktor dan aktris terbaik untuk kategori musikal atau komedi. Mereka bermain dalam Borat dan The Devil Wears Prada.

Adapun Martin Scorsese menggaet penghargaan sebagai sutradara terbaik lewat film The Departed. Tahun ini, penghargaan untuk kategori baru, yakni film animasi, jatuh pada film Cars. Penghargaan Golden Globe yang menjadi barometer penghargaan Oscar (Academy Award) adalah penghargaan yang diberikan Asosiasi Pers Asing Hollywood.

bbc | nur hidayat

Saturday, February 2, 2008

Rambo 4 - Pearl of the Cobra

Directed by : Peter Berg
Starring by :
Sylvester Stallone

Rating : 5 (skala 1-5)

This is Rambo! Memenuhi segala kerinduan akan sebuah film klasik pertempuran di hutan tropis. Tidak ketinggalan panah dan senapan mesin berkaliber besar yang dipakai untuk menerjang musuh. Selain itu juga ada dialog dalam bahasa Asia dan orang Asia yang berbicara dalam Bahasa Inggris dengan aksen lucu.

John Rambo ternyata tidak kembali ke Amerika. Ia tetap tinggal di Asia dan menjalani kehidupan sebagai penangkap ular. Ketika sekelompok pekerja kemanusiaan hendak menyewa jasanya untuk masuk ke Myanmar yang sedang bergejolak, ia sempat menolak. Tetapi karena permintaan seorang wanita dalam rombongan tersebut, ia pun mau mengantarkan mereka memasuki Myanmar dengan perahunya. Sesuai perjanjian, Rambo hanya mengantar mereka dan ia pun kembali segera setelah mendaratkan rombongan di sebuah tempat. Tanpa sepengetahuannya, ternyata kelompok tersebut ditahan tentara pemerintah dan dijadikan sandera. Rambo baru mengetahui berita tersebut ketika pemimpin kelompok yang khusus datang dari Amerika menemuinya. Ia meminta Rambo untuk mengantar tim pencari berisi tentara bayaran ke lokasi pendaratan di Myanmar. Dan selanjutnya, tentu bisa ditebak oleh mereka yang tidak pernah ketinggalan film-film Rambo karena pola yang dipakai masih sama.

Satu hal unik yang patut dicatat adalah film ini tidak terjebak dalam euphoria teroris "Timur Tengah" seperti beberapa film perang belakangan. Justru film ini mengingatkan kita bahwa kekerasan masih ada di bagian dunia yang lain dimana pemerintah justru meneror warganya sendiri. Sebuah pilihan musuh yang sangat cerdas mengingat sampai sekarang masih sangat sedikit, kalau tidak mau dikatakan tidak ada, film yang mengangkat peristiwa-peristiwa kejahatan pemerintah di Myanmar.
Selain itu, secara teknik pertempuran dan cipratan darah, Rambo 4 dapat dikatakan lebih baik dimana ia mengadopsi adegan perang pantai "Saving Private Ryan". Kalau dulu darah tidak terlalu diekspose, sekarang bukan jamannya lagi. Bagian tubuh yang meledak atau hancur diterjang peluru menjadi menu rutin di semua adegan pertempuran. Dan tetap, Rambo adalah Rambo. Walau musuh hancur lebur, Rambo hanya boleh berkeringat dengan sedikit torehan atau bekas luka mengering. Sayangnya adegan Stallone mengikat kepala dengan kain yang menjadi ciri khasnya tidak tampak karena sedari awal ia sudah mengenakan ikat kepala.

Shoot 'em Up

Directed by : J. Michael Davis
Starring by :
Clive Owen
Paul Giamatti
Monica Bellucci

Rating : 3 (skala 1-5)

Satu kata. Wow!!!
Sebuah film yang dipenuhi adegan tembak menembak. Saking penuhnya, dalam 15 menit pertama sudah tidak terhitung korban yang jatuh akibat peluru aktor utama. Kalau mau dibandingkan dengan "The Kingdom" atau tetralogi "Die Hard", film ini lebih vulgar dalam mengekspose darah. Beberapa korban jatuh dengan tembakan headshot yang digambarkan cukup lugas. Selain itu juga tampak potongan anggota badan yang terlepas yang mengingatkan kita pada adegan pembukaan perang pantai di "Saving Private Ryan".

Film ini menceritakan tentang seorang jago tembak bernama Smith (Clive Owen) yang terjebak dalam perburuan seorang wanita dan bayi yang baru dilahirkannya dengan gerombolan penjahat yang dipimpin oleh Paul Giamati. Walau sang ibu akhirnya terbunuh, cerita tidak berakhir begitu saja karena Smith harus menyelamatkan sang bayi. Untuk itu ia meminta bantuan Monica Belluci karena sang penjahat tidak mau menyerah sampai titik darah penghabisan. Dan ending film ini tentu saja klasik dimana kebaikan menang atas kejahatan.

Untuk peran, Clive Owen dan Paul Giamatti patut diacungi jempol. Sementara untuk Monica Belluci, sangat standard. Dia pernah lebih baik saat berperan dalam "Malena" dan "Combien tu m'aimes?". Yang jadi point plus adalah dialog Belluci yang sebagian memakai Bahasa Itali dan tampak sangat cocok dengannya. Sementara untuk filmnya sendiri bagi saya terlalu berlebihan. Ini alasan saya memberikan hanya 3 bintang walau sebenarnya secara aksi patut diganjar 5 bintang. Berlebihannya film ini tampak pada saat Owen mencari tempat berlindung bagi Belluci dan bayinya. Bukan rumah atau sesuatu yang umum, melainkan sebuah tank di museum. Lalu yang lain adalah saat Owen ber"perang" dalam gudang senjata. Terlalu banyak jebakan yang ia siapkan dalam waktu yang singkat.
Untungnya Owen masih terluka dalam film ini. Kalau tidak, mungkin film ini akan mirip film-film Steven Seagal dimana hanya penjahat yang "hancur" sementara sang jagoan cukup lecet saja.